Di sebuah ruangan yang cukup luas ini, tepatnya di Museum Gusjigang, saya hari ini bersama Bpk.H.Hilmi seperti semut kecil yang baru belajar berjalan.
Juga saat berdiri di depan sebuah rumah adat khas Kudus yang cantik dan juga gagah. Feminisme dan maskulitas berbaur menjadi satu.
Selain itu, miniatur menara setinggi lima meter dan kisah perjalanan Mubarok Food Cipta Delisia dari masa ke masa, saya tertegun meskipun sering kali masuk ke ruang ini saat mengajak para bos dan owner saya untuk membeli oleh-oleh khas kusus berikut jenang dan semacamnya. Tetapi ada gairah yang berbeda, semacam hawa yang penuh energi dan menimbulkan ide-ide segar. Anggap saja sebagai “oase inspirasi”.
Di sini bertemunya seni, budaya, bisnis, pariwisata, ekonomi dan berbagai aspek lainnya. Dedikasi Mubarok Food sebagai sentra bisnis dan budaya memang luar biasa bahkan tidak salah jika tempat ini pula yang juga ikut andil dalam memperkenalkan bukan hanya kepada masyarakat Indonesia dan dunia tetapi kepada penduduk langit sebagai Museum Gusjigang yang terus menuai manfaat dan kemandirian ekonomi kreatif.
Alhamdulillah saya merasa berenang bersama Bp.H.Hilmi sebagai Owner Mubarok Food di samudera keluasan dan gagasan yang apik dari seorang suhu entrepreneur yang juga alumni Santri Gontor yang sukses di Kudus dan mendunia.
Ngobrol santai, tertawa lepas, silaturrahim dan menyambung dimensi rasa, bersinergi dengan Museum Gusjigang dan Assiry art adalah lebih indah dari sekadar mimpi dan harapan semata.
Kudus, 22 Februari 2021
Muhammad Assiry
