Tokoh Kaligrafi Indonesia dan Hasil Karya Fenomenalnya

Tokoh Kaligrafi Indonesia dan Hasil Karya Fenomenalnya

 Kaligrafi menjadi salah satu seni yang dielu-elukan banyak orang. Karya kaligrafi kini sudah tersebar seantero dunia. Kaligrafi atau disebut akrab disebut khath merupakan salah satu cabang seni Islam yang menarik untuk mengirim. Selama lebih 14 abad kaligrafi memainkan peran dominan yang mengisi hiruk pikuk perjalanan seni Islam secara menyeluruh.

Kaligrafi memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri sebagai karya seni. Kaligrafi termasuk karya seni lukis tulis tangan. Kaligrafi terdiri dari beberapa jenis salah satunya seni kaligrafi Arab. Kesenian yang di dalamnya mengandung kumpulan ayat-ayat Al Quran atau huruf Arab yang di susun dalam berbagai bentuk. Tulisan yang disusun menghasilkan nilai Kerapian dan keharmonisan, yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak mendapat perhatian.

pertumbuhan kaligrafi berkembang sangat pesat. Perkembangannya tidak lepas dengan kesungguhan para pelopornya. Beberapa tokoh kaligrafi Indonesia yaitu,

HM. Faiz Abdul Razaq

Salah satu hasil hasil karya tokoh kaligrafi indonesia HM. Faiz Abdul Razaq yaitu Mushaf Istiqlal yang diyakini banyak orang sebagai mushaf terindah di dunia. Dia dilahirkan di desa Lengkong Ulama Tangerang Prov. Banten pada 11 November 1938. Muhammad Faiz menekuni khat sejak usia dini. Dia Putra dari seorang pionir khat di Indonesia, KH. M.Abdul Razzaq (alm). Dari beliaulah dirinya belajar. Sejak 15 tahun Faiz sudah membantu sang abah menulis kitab-kitab berbahasa Arab atau tulisan Arab bahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura (tulisan pego/Melayu Arab).

Didin Sirojuddin Abdul Rozaq

Didin Sirojuddin Abdul Rozaq lahir di Desa Karangtawang, Kuningan, Jawa Barat, 15 Juli 1957. Didin lahir dari lingkungan keluarga yang agamis, ayahnya bernama H, Abdur Rahman yang merupakan seorang mantri atau dokter di Rumah Sakit Umun 45 Kuningan, Juga pernah sebagi kepala Desa Kuwu, Kuningan. Pria kelahiran 15 Juli 1957 desa Karangtawang Kuningan Jawa Barat ini adalah para pendiri LEMKA. Lembaga Kaligrafi Al-Qu’an (LEMKA), yang di proklamirkan tangal 20 juli 1985.

Bakat Didin sirajudin sudah terlihat sekat kecil. Sebagai kecintaan terhadap karya seni saat masih di bangku sekolah dasar ia sering menggabar apa saja dan di mana saja, termasuk dinding rumahnya sendiri yang di gambar menggunakan arang bekas pembakaran di dapur. Bakatnya berkembang hingga berhasil membuat LEMKA. Beliau adalah tokoh kaligrafi indonesia.

Muhammad Assiry

Muhammad Assiry pernah menempuh pendidikan di LEMKA dan salah satu murid Didin Sirojuddin Abdul Rozaq. langsung saja kita simak biografi singkat tentang beliau.

Bagai si pungguk yang menakjubkan bulan”, ini adalah peribahasa yang tidak pernah berlaku dalam kamus kehidupan seorang Assiry, panggilan akrab Muhammad Assiry Jasiri, pendiri dan sekaligus pimpinan Pesantren Seni Kaligrafi Al-Quran PSKQ Kudus Jawa Tengah, yang telah membuktikan bahwa wong ndeso dan kampungan ternyata bukan penghalang untuk menggapai cita-cita setinggi langit. Muhammad Assiry lahir di sebuah kampung di gang kecil dengan suasana pedesaan yang sangat asri, di sebuah rumah kayu kudus (rumah adat Kudus), dari pasangan ayah bernama Sudiro Yasir yang bekerja sebagai petani dan Ibu Kadarsih sebagai pedagang di Pasar. Anak ke 6 dari 9 bersaudara ini, lahir tepat pada hari Jumat Legi tanggal 6 Agustus 1978, Desa Undaan Lor Rt.03, Rw 1 Kec. Undan, Kab. Kudus, Jawa Tengah.

Sejak umur 5 tahun, Assiry tidak jauh berbeda dengan anak–anak seusianya yang suka bermain, bersenda gurau dan mengaji di Masjid, karena kebetulan rumahnya tidak jauh dari Masjid, tapi ada yang membuat Assiry unik dan berbeda (nyleneh) dengan anak –anak kebanyakan, hobi corat – coret, di kertas, papan tulis bahkan di dinding-dinding rumah, “pernah suatu ketika Assiry kecil dijewer oleh tetangga karena dinding rumahnya di corat–coret habis dengan cat dengan gambar dan tulisan”, kenang Assiry. Ternyata hobi corat–coret dan lukisan ini berlanjut ketika masuk TK (taman kanak – kanak), ini dibuktikan dengan sering mendapatkan penghargaan kategori melukis anak -anak tingkat kecamatan.

Selain sebagai petani Ayahnya adalah seorang tukang yang sangat kreatif. Assiry kecil memperhatikan betul kreasi ayahnya. Setiap perabot apapun yang ada di rumahnya mulai dari bangku, dinding bambu anyaman, kursi bahkan bangunan rumah khas jawa kuno yang dibuat bersama 6 orang saudara kandungnya sendiri oleh ayah dengan bantuan pamannya.

inilah yang membuat Assiry suka melukis dan menulis indah. Hobby dan kecenderungan ini semakin terlihat jelas ketika naik 4 SD (sekolah dasar) Assiry selalu saja terpilih menjadi sekertaris kelas sampai kelas 6 SD dan kerap juga mengadakan perlombaan menggambar di tingkat SD.

Hobinya yang susah dibendung ini hanya menyisakan rasa senang pada mata pelajaran sejarah dan mengarang, dan setengah benci pelajaran berhitung.

Apalagi ketika ia tidak bisa mengerjakan tugas matematika, punggunya merasakan memar hingga berminggu-minggu karena Guru Matematikanya tidak bekerja dengan penggaris kayu. Mulai saat itulah pelajaran Matematika dan Fisika dan penghitungan lainnya semakin menjadi momok baginya hingga MAN (SMA). Bahkan ketika menyangkut Pelajaran Ekonomi dan Manajemen ketika MAN, angka-angka perhitungan untung dan rugi, ia tidak tertarik karena katanya: “Cuma ngitung uang orang.” Assiry juga berterus terang: “Dari 10 soal berhitung, kadang-kadang cuma 1 yang betul. angka satu itu menjadi inspirasinya untuk menjadi yang terbaik dibidang yang digelutinya itu.

Lucunya, bahkan ketika Ujian akhir menjelang kelulusan MAN Assiry Assiry dengan tidak membaca soal hanya memikirkan jawaban A,B, atau D sesuai dengan ukuran kira -kira. Tak beruntung waktu itu berlalu, karena dengan cara yang terbilang nekat itu soal matematika yang dikerjakannya mendapat nilai 5, 6 kenangnya sambil tertawa.

Ketika masuk SMP ( sekolah menengah pertama) mulai kelas satu sampai kelas tiga, Assiry terpilih kembali menjadi sekertaris, jadi genap 6 tahun jabatan sekertaris kelas di sandangnya, guru –gurunya pun sering memuji melihat tulisan dan lukisannya yang bagus.

Lazimnya anak-anak seusianya, hari-harinya selama belajar di SMP Assiry juga disibukkan oleh kegiatan belajar di Madrasah Diniyah ibtidaiyyah sepulang sekolah yakni mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB dari sinilah awal mula Assiry memperkenalkan kaligrafi untuk kali pertama oleh kyai Abdul Hafidz sebagai salah satu pelajaran wajib di Madrasah tersebut. Kemudian setelah sholat magrib Assiry mengaji Al-Qur’an di masjid Baitu Assalam yang juga dibimbing oleh kyai Abdul Hafidz Almaghfurlahu.

Dan pada malam-malam tertentu, Assiry mengikuti pengajian kitab kuning oleh beberapa kyai yang mengajar di Madrasah Diniyah Irsyadu Al-Aulad Al-Salafiyah seperti Bp Kiyai Mahfudhon, Bp Kiyai Khairi ahmadi, Bp kiyai Ali Ridwan, dan Kiyai Ahmad Rifai almaghfurlahu.

Ketika masuk Madrasah Aliyyah Negeri/MAN tahun 1995, bakat melukis dan menulis indah ini semakin terasa ketika ada pelajaran ekstra kurikuler kaligrafi di sekolahnya, yang dibimbing oleh Ustadz H. Nur Syukron (peraih juara 1 kaligrafi tingkat Nasional cabang khat naskhah tahun) 1994 di Riau ), dan setiap hari Jumat setelah selesai sholat Jumat, Assiry melanjutkan belajar kaligrafi pada Ust. H. Nur Aufa Siddiq ( juara 1 kaligrafi nasional cabang khot naskah tahun 1985 di Lampung ), dan berkat bimbingan dan keikhlasan Beliau berdua, Assiry mengenal dan banyak belajar tentang kaidah kaligrafi murni. menambah mujahadah dan riyadhoh yang kuat untuk bisa mencapai cita-citanya, bukan hanya belajar kaligrafi. Konsep “man jadda wajada” atau kalau dalam filosofi jawa disebutkan “

Setelah lulus MAN tahun 1997, Assiry melanjutkan studinya di Pesantren Institut Ilmu Al-Quran (IIQ), Kalibeber, Wonosobo, Jateng dengan harapan bisa mendalami Kaligrafi dan Tahfidh Al Quran. Di pesantren ini Assiry sempat bertahan hanya 3 bulan dan akhirnya keluar karena cuaca yang sangat dingin dan terbentur biaya. Di Pesantren Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Assiry justru mendapatkan ilmu seni lukis dari Bapak Maftuhin yang kebetulan memiliki galeri di sekitar pesantren tersebut. Disela-sela waktu mengaji kitab di pesantren tersebut, Assiry tekun belajar melukis sehingga mendapatkan satu hasil yang dianggap maksimal oleh Bapak Maftuhin. Sepulang dari Pesantren Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Assiry pindah ke pesantren tahfidh KH Abdul Qodir Kudus dan kembali belajar kaligrafi di Ust. H.Nur Aufa Siddiq,

Karena keinginan yang sangat kuat untuk lebih memahami membaca kitab kuning (salafiyyah) setiap pagi jam 07.00-12.00 WIB, Assiry sekolah di Madrasah Salafiyyah Diniiyyah, Kradenan Kudus (1998-2000) di bawah asuhan para Masyayikh dan Kiyai Masyhur di Kudus seperti KH .Sya’roni Ahmadi, KH. Ma’ruf Irsyad, KH.Muhdi dll.

Kota Kudus adalah karib baginya. “Di Kudus juga ada segalanya,” kata Assiry. Saat waktunya Ia sering berlama-lama nongkrong di buku GOR Kudus, Toko Buku Hasan putra dan berkunjung ke beberapa Seniman Senior Kudus Seperti Bp. Sofwan yang dianggapnya sebagai guru lukis Realisnya. Diikutinya pula acara-acara baca puisi dan pergelaran drama juga sempat menjadi Group Rebana Rosita dan vokal utamanya bersama Ustaz Syamsuddin, Ustaz Sugiyanto, dan Ustaz Abdul Mujib Undaan Kudus. Aktif juga sebagai Ketua IPNU-IPPNU Ranting Undaan Lor periode (1998-1999). Kebiasaannya membaca buku-buku, buku Seni, Sejarah dan buku sastra seperti khalil Gibran, Cak Nun, Rendra seakan menjadi dapatdu baginya. Hingga kini ratusan karya Essay, puisi dan catatan catatannya berhasil ditulisnya meskipun belum ada agama yang diterbitkan.
Prestasi Awal Pengantar

Tidak sia–sia pengabdian Assiry untuk mendalami seni kaligrafi. Akhirnya pada tahun 1999 Assiry berhasil menorehkan tinta emas, meraih juara 1 lomba kaligrafi cabang naskah untuk yang pertamakalinya di tingkat provinsi Jawa Tengah dan mewakili Jawa Tengah pada MTQ Nasional yang di selenggarakan di Palu, Sulteng. Bersama Purwanto cabang hiasan mushaf, Turmuzi cabang dekorasi, Elli Sofiana Nur cabang dekorasi putri, Manun Al Ahna ( putri dari KH. Syaroni Ahmadi Kudus) cabang naskah putri, dan Diana Akhdiani cabang mushaf putri. Meskipun hanya juara harapan, Assiry tidak mengenal putus asa, sepulangnya dari Palu Sulteng, dorongan dan dorongan yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan profesional dalam berkesenian, membuat Assiry memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, untuk belajar dan mendalami Ilmu Seni Rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi Pendiri WADAH ART Jakarta, dan dilanjutkan pengembaraan seninya, pada awal bulan Juli 2000 masuk ke Pesantren Kaligrafi Al-Quran LEMKA, Sukabumi, Jawa Barat, di bawah asuhan KH. Drs. Didin Sirojuddin AR.

Setelah selesai mengikuti DIKLAT 1 tahun di LEMKA, Sukabumi, pada tahun 2001 Assirry sempat menjadi ‘gelandangan’ dan hanya mengandalkan tekad dan keberanian menjual lukisan kaligrafi dan melukis potret jalanan untuk sekedar biaya hidup. Perlu mujahadah dan berfikir keras melawan setiap keinginan antara kuliah atau ke pesantren salafiyyah. Hingga akhirnya Assiry memutuskan untuk belajar di pesantren salafiyyah An-Nidzom, Panjalu di bawah asuhan KH. Mukhtar yang hanya bertahan 6 bulan saja.

Karena keinginan yang sangat kuat untuk mendalami kaligrafi secara total, Assiry memutuskan pada tahun 2002 sampai 2003 kembali lagi ke LEMKA Sukabumi untuk mendalami kaligrafi dengan mengabdikan diri untuk mengajar di LEMKA Sukabumi. Didukung dengan kondisi pada waktu itu kurangnya pengajar yang mukim disana, Assiry semakin bulat untuk ikut membantu mengajar Gurunya KH. Didin Sirajuddin dengan mukim disana.

Dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk membantu dan khidmah (pengabdian) Assiry menolak gaji yang diberikan pengurus LEMKA. Ia mengabdikan pengabdian di LEMKA Sukabumi sampai Th.2007.

Sebelumnya Assiry meminta izin untuk mendirikan tempat pengkaderan kaligrafi yang waktu itu ia namai PSK dan oleh KH. Didin Sirojuddin Assiry diminta untuk fokus saja di Kudus dan memberikan restunya mengembangkan kaligrafi di Jawa Tengah.

Nama PSK sempat membuat minder dan malu para kadernya karena sama dengan nama PSK( red:Jablay). Tapi gara -gara nama PSK itu justru diliput oleh SCTV 2008 karena unik. Sekarang berkembang pesat dan bermetamorfosis menjadi PSKQ Modern.

Buah Manis Dari Lika- Liku Perjalanan Panjang

“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”, sebuah peribahasa yang tepat bagi Assiry. Semua jerih berusaha Assiry, yang tak kenal lelah, pahit getir semuanya seolah sirna sudah. Pada tahun 2002 Assiry meraih beberapa sukses berturut-turut. Dimulai dari juara kaligrafi cabang naskah di provinsi Banten yang mengantarkannya ke tanah suci Mekkah, dan juara 1 kaligrafi tingkat ASEAN (Tingkat se Asia Tenggara) yang diselenggarakan di Brunei Darussalam, dan sekaligus meraih penghargaan Rekor Nasional dari MURI (Museum Rekor Indonesia) pada pembuatan Patung Stereofoam setinggi 14 meter pada acara menyambut Ramadhan di Atrium Plaza, Senen Jakarta Pusat, bersama sang kakak, Rosidi dan adiknya Haji. Rohadi Raziqin.

Karirnya melesat mulus tanpa hambatan, puluhan prestasi kejuaran kaligrafi di tingkat kabupaten dan provinsi bak panah yang bertubi –tubi. Hingga puncaknya pada tahun 2003 Assiry kembali menggondol juara 1 kaligrafi naskah di provinsi DKI Jakarta, dan juara 1 MTQ tingkat Nasional di Palangka Raya, Kalteng. Sejak saat itu Assiry sering mengadakan pelatihan dan pelatihan kaligrafi di Jawa Tengah dan memastikan DAKA (Persatuan Seniman dan Kaligrafer Muda Kudus) yang di prakarsai oleh Assiry, Turmudzi, Purwanto dan Nur Syukron, dan berhasil mengkader lebih dari 500 kader kaligrafer dan seniman di Kudus.

Tidak puas dengan prestasi yang disandangnya, tahun 2004 Assiry melanjutkan studinya. Kali ini ia mendalami tilawah di bawah bimbingan Ustadz Adli Asari Nasution, di Warung Nangka, Bogor, Jawa Barat. Agar tetap eksis berkarya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, Assirry menetapkan galeri lukis dan kaligrafi ANUGERAH ART 2004-2006 di daerah Caringin Bogor, Jabar bersama kader-kader binaannya : Ustaz Zainal mahasin kudus, Sulaiman ( cung man) kudus, Yasin Lampung, Muhammad Rais Kudus dan Hamluddin Kudus. Namun disela–sela kesibukannya melukis dan mendekorasi puluhan masjid, Assiry masih meluangkan waktunya untuk membina kader–kader seniman dan kaligrafer di Jateng.

Bersama Khusnul Aflah , Saifuddin, Muhammad Rais, Sulaiman, Sukarno, Suparman dan Ali Ahmadi sempat membuat KUASS (Komunitas Seniman Kudus) dan berhasil mengkader lebih 1500 kaligrafer dan seniman yang tersebar di Kudus dan sekitarnya dengan membuka kursus dan paket kilat Ramadhan hingga mencapai 14 gelombang. Kegiatan Kuass ini meliputi pementasan drama kolosal, teater, musik band, kursus kaligrafi dan melukis, lomba nasyid, lomba baca tartil al Quran dan lomba kaligrafi.

Model pembinaan yang ditempunya adalah dengan membangkitkan rasa senang terhadap kaligrafi dan Melukis. Maka seni kaligrafi dan melukis harus bernuansa rekreatif dan metode pengajarannya harus mengandung faktor baru. Untuk itu Assiry membuka program kursus yang Mulnya Kursus Diklat Kaligrafi dan Seni Rupa Gratis yang diselenggarakan di Balai Desa Undaan Lor, di Masjid Baitu Assalam dan beberapa kali meminjam tempat di Gedung Sholawat Angudi Barokahe Gusti (ABG) Cabang Kudus Pimpinan Mbah Datuk.

Untuk kegiatan-kegiatan yang dibinanya dengan kurikulum melukiskan kaligrafi untuk anak-anak dan kegiatan demonstrasi massal kaligrafi di tempat-tempat rekerasi yang terbuka, temu tokoh seni, pementasan Seni dan kunjungan ke tempat-tempat pameran dan Galeri Seni Rupa.

Hasil produksinya tetap saja tidak memuaskannya. Seakan kehausan dan terus mencari sesuatu yang melegakan dahaga seninya. Assiry sudah terus mencari jalan lain untuk meluluskan pemikirannya yang menurut pengakuannya bertumpuk-tumpuk. Agar bisa menggabungkan konsep Seni Rupa dan Kaligrafi Ia menginginkan suatu tempat “kawah candradimuka” untuk pembinaan dan pusat studi kaligrafi dan Seni Rupa yang kian marak di Indonesia.

Mendirikan Pesantren Seni Kaligrafi dan Seni Rupa Pertama di Asia

Pada tahun 2006, Assiry untuk dua kali berhasil meraih juara 1 di tingkat ASEAN di Brunei Darussalam, namun kali ini Assiry meraih juara 1 untuk semua kategori yang dilombakan sekaligus, yakni Khoth Tsulust, Diwani dan Riqah. Sebuah puncak prestasi yang belum pernah dicapai orang lain sebelumnya. Namun prestasi yang besar dan tinggi ternyata tanggung jawab yang besar dan tinggi pula. Berbagai tawaran PNS di Jakarta, dan bekerja di luar negeri termasuk di Brunei Darussalam memang begitu menggiurkan, tapi Assiry tidak bergeming. Dengan niat untuk membumikan dan kaligrafi, dan kesenian lainnya di Indonesia tekadnya kuatnya untuk membuat wadah atau pesantren yang fokus pada Seni Rupa dan kaligrafi.

itu tidak asal lahir tanpa adanya sebab. pemberitahuan adalah karena kehadirannya terhadap perkembangan kaligrafi dan seni rupa di Jawa Tengah yang stagnan, disamping itu tidak ada perhatian dari pemerintah Jawa Tengah khususnya LPTQ Jawa Tengah. Akhirnya Assiry menggalang elemen masyarakat, mengumpulkan kader-kader Kuass, tokoh masyarakat, dan meminta petunjuk dari para Alim dan Ulama, dengan sowan Guru Mursyid Thoriqah , Al Habib Lutfi bin Ali Pekalongan dan mendorong Mbah Datuk Syukron Kudus untuk mengungkapkan keinginannya untuk membangun pesantren Seni Rupa dan kaligrafi. Dan akhirnya tepat pada hari Rabu Wage tanggal 17 Januari 2007, Assiry memproklamirkan berdirinya Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ).

Untuk menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan Assiry melanjutkan studinya di Kampus IAIN Sunan Kudus dengan mengambil konsentrasi jurusan Tarbiyyah/ pendidikan (2007-2012).

Selama menjadi mahasiswa di IAIN Sunan Kudus, Assiry justru lebih banyak waktunya untuk menebar virus-virus kaligrafinya. Sehingga ada beberapa Dosennya yang menjengkelkan dan tidak akan memberikan Nilai mata kuliahnya. Bagi Assiry Kuliyah adalah penampilan batu loncatan dalam menambah pergaulan saja. Karena bagi ia urusan ilmu tidak harus harus didapatkan di Kampus. Di jalanan atau di mana saja Assiry mendapatkan pengalaman dan ilmu baru ketika bertemu dengan siapa saja mulai Birokrasi dan pemerintahan, Aparat, bahkan orang-orang yang paling “keparat” sekalipun ketika berkarya diberbagai Masjid di Indonesia dan manca Negara, katanya.

Saat Wisuda beberapa Dosennya bertanya kepadanya”kenapa ndak ikut Wisuda Mas?”. “Lha wong jarang berangkat kuliyah ko tiba -tiba diwisuda terus apanya yang diwisuda, meskipun mungkin secara akademik saya lulus tapi sebenarnya saya ndak pernah lulus kapan pun Pak”. Begitu rupa.

Meskipun Kuliyahnya tidak begitu maksimal tapi saat tersebut justru menjadi masa-masa subur bagi Assiry sehingga bisa membangun fasilitas Asrama dan Gedung PSKQ Modern dan membangun bisnis kuliner dan lainnya hanya mengandalakan menulis Kaligrafi Masjid. Ia mengatakan “inilah keberkahan yang tidak akan pernah terputus karena tidak hanya mendapatkan pahala tapi juga uang berlimpah. Ia juga memiliki kesempatan memiliki gedung dari rumah pribadi dengan keluarga yang disulap menjaai asrama sebagai wadah untuk mengkader murid-muridnya.

Menurut Assiry yang mewujudkan itu sesungguhnya adalah sebagai keberanian mental, ketahanan jasad, ketangguhan hati dan keikhlasan rohani untuk menyelenggarakan perubahan yang bukan hanya mendasar dan mengakar, melainkan pula-eksistensial mulai dari metode belajar pola pembinaan, dan bermacam-macam strategi untuk menumbuhkan kembali budaya hanya mendasar dan mengakar, melainkan metode belajar pola pembinaan, dan bermacam-macam strategi untuk menumbuhkan kembali budaya kaligrafi yang pernah ada di bumi Nusantara ini dengan bukti sejarah masa silam ketika kaligrafi kufi ditemukan di makam Fatimah binti Maimun sekitar abad ke 11.

Assiry menganalogikan langkahnya sebagai langkah “Rajawali” karena tidak mempersyaratkan sekedar keputusan hati, tapi juga keputusan akal dan nalar dengan pengetahuan yang sempurna tentang alur waktu ke depan untuk membumikan kaligrafi di nusantara ini. Keputusan itu bukan sekedar tindakan mental, tapi juga intelektual dan pengejawantahan ide/gagasan juga rohaniah. Kita bisa betul – betul menjadi Rajawali yang diakui dan Sang Garuda karena memahami dan beraninya beratnya beratnya menyangga kalimat sehari-hari yang sederhana yakni “mati sakjroning urip” (mati didalam hidup) artinya membunuh ego dan kemalasan dan menghidupkan kreativitas didalam diri kita. masih memiliki peluang untuk lebih baik bagi keberlangsungan kehidupan berkesenian,” ujarnya.

Karya dan gagasan Besar Assiry ini tetap saja diakuinya terlalu kerdil dan belum apa-apa. Ia mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW. bahwa Jika terjadi dan kamu masih sempat menanam benih benih, maka tanam saja, karena itu pun ada pahalanya. Menurut Assiry apapun ada jodohnya dan setiap yang ditanamkan tentu berjodoh dengan kemanfaatan dan kebahagiaan yang akan diunduhnya kelak.

Meskipun terseok -seok dan banyak rintangan dan rintangan tidak pernah dihiraukannya. Hal itu justru mematik semangatnya untuk semakin berkobar.

Diantara kader-kader Kuass dan PSKQ banyak yang menjadi seniman dan kaligrafer berprestasi di tingkat ASEAN, Nasional dan Internasional. Antara lain, Suparman Jateng juara 2 kategori Khot Diwani tingkat ASEAN tahun 2006, Dina D. dari Madarasah Tsanawiyah Kudus Jateng juara kaligrafi 1 tingkat Nasional di Pondok Haji Jakarta 2009, Hasanuddin dari Kalimantan Selatan juara 3 mushaf MTQ nasional di Banten tahun 2008, Muhammad Rifqi Nashrullah dari Jawa Timur juara 1 kaligrafi tingkat di ambon 2012 dan juara nasional lomba kaligrafi TIAFF Malaysia 2012, Nukman dari Aceh juara Kaligrafi tingkat Internasional di Malaysia TIAFF, tiga kali berturut-turut (2012-2013-2014) dan ratusan kader lainnya tersebar di seluruh Indonesia, ada yang menjadi pembina dan guru kaligafi seperti: Ledy Hamdani dari Medan, Abdul Fathir dari Kalsel,

Ada sebuah cita–cita yang saat ini belum tercapai, yaitu mendirikan Universitas Seni Islam dan Kaligrafi pertama di Indonesia. Semoga impian ini akan segera menjadi kenyataan di Indonesia, amin.

Daftar Riwayat Hidup

DATA PRIBADI

  • Nama Nama : Muhammad Assiry, S.Pd.I.
  • Tempat dan tanggal lahir: Kudus, 16 Agustus 1980
  • Alamat: Ds. Undaan Lor RT 03 RW 01 Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
  • Jabatan: Pendiri dan Pimpinan Pesantren Seni Kaligrafi Al-Quran PSKQ Kudus Jawa Tengah
  • Agama: Islam

PENDIDIKAN FORMAL

  1. SDN 02 Undaan tahun 1991
  2. SMPN 01 Undaan tahun 1994
  3. MAN 02 Kudus tahun 1997
  4. S-1 Jurusan Tarbiyah atau Pendidikan tahun 2012 di IAIN Sunan Kudus

PENDIDIKAN NON FORMAL

  1. Pesantren Al-Quran di IIQ Wonosobo tahun 1998
  2. Pesantren Sekolah Diniyyah Kradenan tahun 1998 sampai 2000
  3. Pesantren Tahfidz KH.Kodir Janggalan Kudus tahun 1999
  4. Sanggar Kaligrafi An-Nur, Pimpinan KH. Nur Aufa Sidiq Al-Khathath Janggalan Kudus tahun 1998-2000
  5. Pesantren Kaligrafi LEMKA Sukabumi Jawa Barat tahun 2000-2003
  6. Pesantren Tilawatil Quran Al-Fasyni Warungnangka Bogor Jawa Barat tahun 2004
  7. Sekolah Lukis dan 3D di Galeri Wadah Art tahun 2005

JENJANG KARIR

  1. Pendiri dan Pimpinan Pesantren Seni Kaligrafi Al-Qur’an, Kudus, Jawa Tengah tahun 2007 – sekarang,
  2. Pemilik UD. Assiry Art yang bergerak di bidang kaligrafi masjid,
  3. Pemilik Arjuna Rest and Assiry Gallery yang bergerak di bidang kuliner,
  4. Pemilik Pakaian dan Kaos “Gombal Mukiyo”,
  5. Pembina Kaligrafi Kader Kalimantan Tengah 2009,
  6. Pembina Kaligrafi Kader Jawa Tengah 2004-Sekarang,
  7. Pembina Kaligrafi Kader Bintan Kepulauan Riau 2008,
  8. Pembina Kaligrafi Kader Kalimantan Timur 2008,
  9. Pembina Kaligrafi Kader UNDIP Semarang 2008,
  10. Pembina Kaligrafi Kader Jawa Barat 2008-2009,
  11. Pembina Kaligrafi Kader Jakarta 2009-2010,
  12. Pembina kaligrafi Kader STAIN 2009-Sekarang,
  13. Pembina Kaligrafi Kader Jawa Timur 2009,
  14. Dewan Hakim Lomba Kaligrafi Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2006-2010,
  15. Dewan Hakim Lomba Kaligrafi anak-anak Kab. Kudus, 2010,
  16. Pembina Kaligrafi Kader Jambi 2008 – sekarang,
  17. Pembina kaligrafi Kader Aceh 2009 – sekarang,
  18. Pembina Kaligrafi Kader Banten 2011-2012,
  19. Pengajar Kaligrafi di Pesantren LEMKA Sukabumi tahun 2001-2006,

Demikian penjelasan tentang tokoh kaligrafi indonesia. Semoga bermanfaat..

Tokoh Kaligrafi Indonesia Terbaik | Tokoh Kaligrafi Indonesia Berpengaruh | Tokoh Kaligrafi Indonesia Islam | Tokoh Kaligrafi Indonesia Modern | 3 Tokoh Kaligrafi Indonesia | Muhammad Assiry Tokoh Kaligrafi Indonesia

Seni Kaligrafi

senikaligrafi.com merupakan sebuah situs website marketing dan promosi dari Jasa Kontraktor Masjid CV. ASSIRY ART. CV. ASSIRY ART merupakan perusahaan Jasa Kontraktor Masjid yang menyediakan layanan produk dan jasa, diantaranya: Jasa Rancang Bangun Masjid, Jasa Kontraktor Majid, Jasa Pembuatan Kaligrafi Masjid, Jasa Pembuatan Kubah GRC, Jasa Pembuatan Menara Masjid, Produsen dan Pemasangan GRC Krawangan, Serta Karya Seni dan Produk Kerajinan lainnya. Selain itu Layanan, Produk dan Jasa CV. ASSIRY ART juga menangani berbagai desain interior dan eksterior, kaligrafi dll, meliputi Rumah, Hotel, Cafe, Kantor, Perusahaan, Dan lain sebagainya. CV. ASSIRY ART perusahaan profesional dan sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun TERPERCAYA.

Back to top
KIRIM PESAN
Hubungi Kami?
Assalamualaikum... Selamat datang di website resmi senikaligrafi,com. Anda Mencari Jasa Kaligrafi Masjid dan Mushola Terbaik, Jasa Pembuatan GRC, Desain Kaligrafi Rumah, Hotel, Cafe, Dll. Untuk Konsultasi via Whatsapp: 0857 1222 3822 (CV. Assiry Art).